Dalam pos

PorosBekasi.com – Di ruang kelas bekas kantor kelurahan yang dindingnya mulai kusam, belasan siswa SMP 62 Kota Bekasi duduk bersila di lantai. Karpet usang menjadi alas satu-satunya untuk menulis, sementara buku-buku mereka bertumpu di paha.

Tak ada deretan meja dan kursi, hanya keheningan yang kadang pecah oleh suara kipas angin tua yang berputar malas.

Beginilah wajah Unit Sekolah Baru (USB) SMP 62 Kota Bekasi, sekolah yang berdiri di tengah kawasan padat penduduk Medan Satria, namun jauh dari kata layak. Sementara sekolah-sekolah lain sibuk berbenah dengan fasilitas digital, anak-anak di sini justru belajar lesehan, menulis sambil membungkuk di lantai yang kotor dan panas.

“Iya, ya kadang bungkuk, terus kadang pakai karpet cuma karpetnya robek-robek. Jadi, enggak dipakai lagi,” kata Nadilla (14), siswi kelas 8B, Rabu, 8 Oktober 2025.

Kipas angin berdiri di sudut ruangan berusaha keras menebar udara sejuk, namun sia-sia. Hanya sebagian siswa yang merasakan hembusannya.

“Ada kipas, tapi itu juga diputar, paling ya sebagian doang yang dapat, sisanya nahan gerah. Paling solusinya ngibas-ngibasin buku biar nggak kepanasan,” ujarnya.

Setiap hari, sejak pukul tujuh pagi hingga siang, mereka belajar dalam kondisi yang jauh dari ideal. Lantai yang berdebu, tembok yang mengelupas, serta udara pengap menjadi teman setia.

“Ya sedih sih, kadang mikir kayak yang lain pada dapat bangku, yang kelas ini enggak. Harapan aku bisa dapat yang kelas lebih layak, dapat bangku, terus dapat kipas juga,” imbuh Nadilla.

Porosbekasicom
Editor