Dalam pos

Oleh: Anton Aritonang
Ketua Umum Gerakan Nasional ‘98, 1 Oktober 2025

 

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Merdeka!

 

HARI ini, 1 Oktober, bangsa Indonesia kembali memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Namun izinkan saya, sebagai bagian dari anak bangsa, menyampaikan dengan jujur: kesaktian Pancasila bukanlah karena ditetapkan dalam kalender politik, melainkan karena ia memang hidup di sanubari rakyat Indonesia.

Pancasila lahir bukan dari ruang kosong. Ia lahir dari kebijaksanaan leluhur Nusantara, dari denyut gotong royong desa-desa, dari doa para ulama, dari falsafah para raja, dan dari semangat para pejuang kemerdekaan. Karena itu, Pancasila sudah sakti sejak kelahirannya—jauh sebelum ia diperingati setiap 1 Oktober.

Sejarah pernah mencatat, Pancasila dijadikan alat dalam pertarungan ideologi. Bung Karno, di Sidang Umum PBB, dengan gagah menyampaikan Sosialisme Indonesia berdasarkan Pancasila. Dari situlah lahir kekhawatiran kekuatan besar dunia, khususnya Amerika Serikat, yang tidak ingin sosialisme ala Indonesia menjadi inspirasi Asia-Afrika.

Maka kemudian tumbuh stigma: sosialisme disamakan dengan komunisme, keadilan sosial dicap sebagai ancaman, dan Pancasila dipelintir demi kepentingan geopolitik.

Padahal kita tahu, sosialisme Indonesia bukanlah komunisme. Ia bukan ateisme. Ia adalah gotong royong. Sebuah filsafat asli bangsa kita: “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing“.

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air, Hari ini, di tahun 2025,

Gerakan Nasional ‘98 menegaskan:

1. Pancasila adalah benteng terakhir bangsa, yang tak boleh dijadikan alat perebutan kekuasaan.

2. Kesaktian Pancasila bukanlah mitos politik, melainkan kenyataan hidup yang menyatukan kita dari Sabang sampai Merauke.

3. Generasi ‘98 akan terus menjaga amanah reformasi, menolak tirani, menolak oligarki, dan menolak manipulasi sejarah.

Pancasila adalah kompas hidup kita. Ia tidak beku, ia dinamis. Ia selalu relevan menghadapi zaman, entah itu kolonialisme klasik, perang dingin ideologi, atau kapitalisme digital hari ini.

Maka, mari kita tegaskan bersama:
Pancasila sakti, karena rakyat Indonesia sakti. Pancasila abadi, karena gotong royong abadi. Pancasila menang, karena kebenaran selalu menang.

Merdeka!
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Rabu 1 Oktober 2025

 

Disclaimer: Opini ini di luar tanggung jawab redaksi